Pernahkah anda berprasangka?
Cenderung ke arah kebaikan atau keburukan?
Kalau prasangka itu sesuatu yang baik maka saya ucapkan tahniah kerana anda sentiasa berusaha ‘memandang ke hadapan’.
Tetapi, jika prasangka itu ialah sesuatu yang buruk kesannya amat merugikan dari sudut kesihatan rohani.
Ada masanya kita berprasangka secara berlebihan sehingga mengundang kesakitan dan penderitaan pada diri sendiri dan orang lain.
Ia akan menjadi toksik di dalam minda apabila berprasangka sehingga tindakan kita hasil dari berprasangka itu boleh melukakan hati orang lain.
Kita juga akan mengalami perasaan yang sama seandainya kita diperlakukan sedemikian oleh orang lain sehingga susah untuk melupakan perkara-perkara itu.
Antara contoh berprasangka ialah apabila kita kerap membanding kehidupan kita dengan orang lain kerana ia mampu meracuni fikiran kita dan orang di sekeliling kita.
Kebiasaannya, penilaian yang buruk datangnya dari minda yang reaktif dan dipengaruhi oleh minda di bawah sedar.
Di dalam sebuah hadis ada disebutkan tentang sifat bersangka buruk;
عَنْ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ إِيَّاكُمْ وَالظَّنَّ فَإِنَّ الظَّنَّ أَكْذَبُ الْحَدِيثِ وَلَا تَحَسَّسُوا وَلَا تَجَسَّسُوا وَلَا تَحَاسَدُوا وَلَا تَدَابَرُوا وَلَا تَبَاغَضُوا وَكُونُوا عِبَادَ اللَّهِ إِخْوَانًا
Dari Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam beliau bersabda: “Jauhilah prasangka buruk, kerana prasangka buruk adalah ucapan yang paling dusta, janganlah kalian saling mendiamkan, janganlah suka mencari-cari isu, saling mendengki, saling membelakangi, serta saling membenci, tetapi, jadilah kalian hamba-hamba Allah yang bersaudara.” (HR Bukhari No: 5604)
Pendekatan yang positif untuk menangani keadaan ini boleh dilakukan dengan bertanyakan soalan pada diri sendiri seperti;
- apakah perlu untuk saya menilai orang atau keadaan ini?
- adakah ia akan membuatkan saya berasa tenang dan merasa teruja dengan bertindak sedemikian?
- adakah dengan membuat penilaian ini dapat membantu saya membuat pilihan yang lebih bermanfaat bagi diri saya ?
Adalah lebih baik berterus terang dan meminta penjelasan bagi menghilangkan prasangka yang wujud.
Allah Ta’ala berfirman;
يَٰٓأَيُّهَا ٱلَّذِينَ ءَامَنُوا۟ ٱجْتَنِبُوا۟ كَثِيرًا مِّنَ ٱلظَّنِّ إِنَّ بَعْضَ ٱلظَّنِّ إِثْمٌ ۖ وَلَا تَجَسَّسُوا۟ وَلَا يَغْتَب بَّعْضُكُم بَعْضًا ۚ أَيُحِبُّ أَحَدُكُمْ أَن يَأْكُلَ لَحْمَ أَخِيهِ مَيْتًا فَكَرِهْتُمُوهُ ۚ وَٱتَّقُوا۟ ٱللَّهَ ۚ إِنَّ ٱللَّهَ تَوَّابٌ رَّحِيمٌ
Hai orang-orang yang beriman, jauhilah kebanyakan
purba-sangka (kecurigaan), karena sebagian dari purba-sangka itu dosa. Dan
janganlah mencari-cari keburukan orang dan janganlah menggunjingkan satu sama
lain. Adakah seorang diantara kamu yang suka memakan daging saudaranya yang
sudah mati? Maka tentulah kamu merasa jijik kepadanya. Dan bertakwalah kepada
Allah. Sesungguhnya Allah Maha Penerima Taubat lagi Maha Penyayang.
Surah Hujurat : Ayat 12
Berusaha untuk menerima dengan seadanya adalah lebih baik daripada berusaha untuk mengubahnya.
Coach Ralph
Certified Trainer in Cognitive Development
Cambridge Global Learning, UK
This is good information and well written. It discovers human nature of judging and perception towards others. The interesting part is those behavior known by Allah the Almighty and our prophet Muhammad s.a.w peace be upon him. Interesting.